Aceh Carong Aceh Malem
Sayed Muhammad Husen
GEMA JUMAT, 13 OKTOBER 2017
Oleh: Sayed Muhammad Husen
Orang tua tempo dulu di Aceh sering mendoakan anaknya beumalem, beukaya dan meubahgia (supaya alim, kaya dan bahagia). Tiga hal itu sering didoakan pada banyak kesempatan, terutama ketika berjumpa dengan anak kerabat atau anak-anak lain. Doa itu sekaligus sebagai motivasi bagi anak supaya memimpikan hidup alim, kaya dan bahagia.
Kata yang digunakan dalam doa beumalem (supaya alim), bukan beucarong (supaya pandai). Kita membedakan arti malem yang lebih berkonotasi memiliki ilmu-ilmu agama dengan kata carong yang dapat kita artikan memiliki ilmu-ilmu umum. Malem, pendekatannya hati sementara calong pusatnya di pikiran.
Mari kita lihat rumusan Aceh Carong Gubernur dan Wagub Irwandi-Nova: Aceh Carong adalah menghilangkan gap antara kebutuhan pembangunan daerah dengan output pendidikan, sehingga menghasilkan strategi dan aksi pembangunan sumberdaya manusia. Menjadikan anak-anak Aceh yang cerdas, mampu bersaing dan siap menghadapi dunia kerja.
Anak Aceh Cerdas (ACC) diartikan mampu bersaing dan mengukir prestasi di tingkat nasional dan regional dapat dicapai melalui pendidikan yang berkualitas. Programnya antara lain penguatan keterampilan melalui pendidikan vokasional; Penyediaan fasilitas pendidikan dan pemberian keterampilan; Pemerataan rasio guru seluruh bidang studi di seluruh Aceh.
Mewujudkan Aceh Carong juga melalui peningkatan kompetensi guru; Penyediaan beasiswa bagi anak yatim dan anak orang miskin; Pengiriman putra-putri terbaik Aceh untuk mendapatkan pendidikan di universitas-universitas yang bergengsi di tingkat international.
Dari rumusan itu, kita melihat rumjusan Aceh Carong belum memberi muatan terwujudnya Aceh Malem seperti doa orang tua Aceh tempo dulu. Aceh Carong mestinya tak berdiri sendiri dan semata-mata menggunakan pendekatan kecerdasan akal, namun harus dipadukan dengan kecerdasan hati dan kecerdasan spritual. Aceh Carong akan lebih berenergi apabila diintegrasikan dengan Aceh Malem.
Aceh Malem dalam dataran praktis dapat kita saksikan sekarang pada sistem pendidikan yang dibangun dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama. Misalnya dayah modern, dayah tahfidz, sekolah Islam terpadu, madrasah hingga jenjang perguruan tinggi seperti STAI, IAIN dan UIN.
Demikian juga Aceh Malem tak cukup hanya belajar ilmu fardhu ‘ain (ilmu agama) saja, tapi harus dilengkapi dengan ilmu-ilmu fardhu kifayah (ilmu umum). Jadi yang kita bangun adalah Aceh Carong yang sekaligus Aceh Malem.