Ayo Belajar Wirausaha
Sayed Muhammad Husen
Gema JUMAT, 28 Agustus 2015
Oleh : Sayed Muhammad Husen
Awal kisah seorang aktivis belajar wirausaha dengan mengikuti pelatihan dan magang BMT (Baitul Mal Wat Tamwil) di Jakarta. Aktivis Islam ini lebih banyak belajar politik dalam setiap jenjang pelatihan yang diikutinya. Akibatnya, dia menjadi kritikus pemerintah ketika itu. Setiap kebijakan Orba Soeharto yang tak berpihak kepada kepentingan Islam dan ummatnya, tak luput dari hujatannya. Dia membaca banyak buku dan kitab fikih politik.
Dalam pelatihan dan magang BMT itu, dia mendapat data dan informasi yang tak permah dibacanya selama ini. Para pemateri menyajikan kebijakan ekonomi, pengelolaan dana, muamalah Islam, pertarungan kaum mata sipit dalam bisnis, hingga kondisi utang negeri ini pada negara donor. Ada diskusi topik kapitalisme, sosialisme dan konsep ekonomi Islam. Dia seakan “diprovokasi” supaya percaya diri dan yakin potensi ekonomi ummat Islam.
Akhirnya sang aktivis memulai bisnis pengelolaan dana ummat melalui BMT. Mengurangi membaca buku politik dan menggantinya dengan buku ekonomi dan perbankan Islam. Mengikuti pengajian dan kajian muamalah. Mendalami profil Rasulullah Muhammad SAW sebagai pedagang, membaca cerita sukses khadijah RA berbisnis dan ketangguhan Abdurrahman bin Auf mengusai pasar. Dia juga berlangganan media ekonomi dan bisnis.
Satu lagi: sang aktivis berinteraksi dan “belajar” banyak dari pedagang mikro di pasar tradisional. Menggali pengalaman jatuh bangun pedagang sayur-sayuran dan buah-buahan. Menimba pengalaman bangkit pedagang kaki lima. Dia juga memperluas pergaulan atau jaringan dengan konsultan usaha mikro, karyawan perbankan syariah
dan koperasi simpan pinjam syariah. Bahkan, dia secara diam-diam mengenali “mafia” produk tertentu di pasar dan keuletan rentenir memengaruhi calon pelanggan.
Akhirnya, setelah perjalanan waktu sekitar tiga tahun, sang aktivis benar-benar menjadi orang ekonomi dari sebelumnya pengagum dunia politik. Dia telah menguasai
praktek bisnis sosial micro finance syariah. Dia hidup –dalam artian– mendapat gaji sebagai profesional di bidang ini. Dia pun memutuskan menikah, karena yakin telah mampu membiayai keluarga.
Demikian kisah sang aktivis belajar bisnis. Tentu banyak kisah lain, yang kita yakin menjadi inspirasi bagi yang ingin memperbaiki nasib melalui jalur wirausaha. Karena
itu, ayo belajar wirausaha dari dunia nyata.