Muhammad SAW Seorang Yatim
Sayed Muhammad Husen
GEMA JUMAT, 30 OKTOBER 2020
Oleh: Sayed Muhammad Husen
Ada saja sisi menarik kehidupan Rasulullah SAW yang dapat kita pelajari pada peringatan Maulid Nabi, setiap tahun. Satu diantaranya tentang Nabi seorang yatim sejak dalam kandungan dan pada usia enam tahun menjadi yatim piatu. Kayatiman ini menjadikan Nabi pribadi yang kuat dan memiliki daya tahan terhadap tantangan kehidupan yang cukup berat.
Sejak dalam kandungan Rasulullah SAW telah meninggal ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib. Beliau diasuh dan disusui oleh ibunya Aminah selama beberapa hari, selanjutnya disusui Suwaibah, dan yang lama disusui oleh Halimah Sa’diyah binti Abi Dzuaib.
Menurut Husein Haikal, ketika Rasulullah berusia enam tahun diajak oleh ibunya ke Yasrib yang ditemani Ummu Aiman, seorang pembantu wanita yang disiapkan Abdullah sebelum beliau wafat, untuk berziarah ke makam ayahnya dan mengunjungi keluarga yang ditinggal disana.
Di kota ini, Rasulullah ditunjukkan sebuah rumah tempat ayahnya dirawat dan kuburan ayahnya. Suasana itu memberatkan perasaan Rasulullah yang masih kecil dan seorang yatim.
Setelah satu bulan di Yastrib, Rasulullah dan ibunya kembali ke Mekkah. Namun dalam perjalanan pulang, Aminah sakit parah hingga wafat dan dimakam di Abwa. Ketika itu, Rasulullah berusia enam tahun dan menjadi yatim piatu.
Ummu Aiman membawa pulang Rasulullah ke Mekkah dan menyerahkan kepada kakeknya Abdul Muthalib. Hanya dua tahun dalam asuhannya, Abdul Muthalib pun berpulang ke rahmatullah.
Dari epidosode kehidupan Rasulullah ini, kemudian ketika beliau dewasa dan menjadi Rasul pada usia 40 tahun paling tidak dapat kita pelajari dua hal, pertama dari tempaan mental sebagai seorang yatim, beliau menjadi pribadi yang kuat dan tahan terhadap berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi dalam menjalankan risalah kerasulan.
Kedua, selain perintah Allah Allah SWT, Rasulullah SAW memberi perhatian dan komitmen yang tinggi dalam mengurus dan melindungi anak yatim. Karena itu, sebagai pengikut beliau, kita haruslah pula belajar dari keyatiman dan mengurus anak yatim/yatim piatu hingga mereka mandiri, bahagia dan sejahtera.