Judul Buku: Umat Bertanya, Waled Menjawab;
Gema Jum’at, 02 Desember 2016
Resensi Buku: Peresensi : M. Khusni Adam, Lc. Judul Buku :
Pemikiran Teungku H. Nuruzzahri Penulis : Abdul Hamid M Djamil, Lc Editor : Murizal Hamzah Tebal :154 halaman Penerbit :Bandar Publishing Tahun Terbit : Oktober 2016 Di tengah-tengah mencuatnya berbagai permasalahan baru hampir di seluruh dimensi kehidupan manusia era kontemporer ini, terutama di Aceh, yang perlu respon serius para alim ulama dan intelektual Islam, Teungku H. Nuruzzahri atau yang akrab disapa dengan Waled Nu meluncurkan sebuah buku yang isinya memberikan jawaban terhadap permasalahan yang masih membuat masyarakat Islam dilema. Buku dimaksud ditulis oleh murid beliau, Abdul Hamid M Djamil, Lc. Alumni Universitas Al-Azhar Kairo. Buku itu diberikan pengantar oleh dua orang tokoh ulama dan intelektual Islam yang terkenal di Indonesia; pertama, Dr. K. H. Hasyim Muzadi (Ketua Umum Tanfidziyah PBNU 1999-2010 dan Presiden WCRP serta Sekjen Internasional Conference of Islamic Scholars); kedua Bapak Prof. Dr. Tgk. H. Muslim Ibrahim, MA (Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh dan Guru Besar Fiqh Muqaran UIN Ar-Raniry Banda Aceh). Juga turut diberikan penghargaan (endosment) oleh beberapa tokoh lainnya di Aceh, termasuk Gubernur Aceh periode 2012-2017. Buku tersebut telah tersebar di Aceh sejak 17 November 2016 lalu. Terdapat cukup banyak hal menarik dalam buku itu yang perlu dibaca oleh semua kalangan. Untuk mengetahui secara utuh isi buku itu, bisa dilihat dari isi yang tercover dalam setiap babnya. Secara umum buku itu terdiri dari lima bab. Bab pertama membicarakan tentang pentingnya pendidikan dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia ini. Di sini Waled Nu mengumpakan orang yang tidak berilmu bagaimana binatang yang tidak kenal dirinya sendiri, orang tua, Tuhannya, dan tidak punya visi misi dalam kehidupan. Selain itu, dalam bab ini juga dibicarakan tentang beberapa perbedaan pendidikan umum dengan pendidikan Islam, baik metode ataupun tujuan yang ingin dicapai dua pendidikan tersebut. Bab kedua mengupas tentang pendidikan dayah di Aceh. Menurut Waled Nu, dilihat dari konsepnya, dayah di Aceh ada tiga bentuk; pertama, dayah tradisional yang konsepnya mengajarkan literatur turast semata-mata kepada anak didiknya; kedua, dayah terpadu yang konsepnya hanya mengajarkan ilmu-ilmu umum serta diajak anak didiknya untuk menghafal Alquran, dan literatur turast bukanlah pelajaran asasi yang dikaji; ketiga, dayah semi terpadu semi tradisional yang konsepnya mengintegrasi literatur turast dan ilmu umum serta diajak santrinya untuk mengahafal Alquran. Corak dayah yang ketiga ini ditamsilkan waled Nu dengan dayah Ummul Ayman Samalanga. Bab ketiga mengulas tentang pendidikan keluarga. Waled Nu membagi pendidikan keluarga ini kepada tiga bagian; pertama pendidikan anak-anak dan remaja. Di sini waled menawarkan kepada setiap orang tua dalam mendidik anak untuk mencontohi konsep pendidikan Lukmanul Hakim yang disebutkan dalam Alquran; kedua pendidikan ulama. Hal pertama sekali yang direspon waled dalam pendidikan ulama adalah siapa ulama itu? Apakah titel ulama bisa didapatkan secara akademisi? Menurut waled Nu ulama itu adalah orang-orang yang takut kepada Allah Swt berdasarkan ilmu-ilmu yang bisa mendekatkan diri kepada-Nya. Waled tidak setuju gelar ulama diberikan oleh instansi pendidikan tertentu, titel ulama itu sangat sakral dan diberikan langsung oleh Allah Swt; ketiga pendidikan pemerintah. Dalam menyejahterakan rakyat, Waled mengajak pemerintah untuk mencontohi peran Rasulullah Saw dalam membangun daulah Islamiyah di Madinatul Munawwarah. Bab keempat isinya sejumlah pertanyaan yang dilemparkan jamaah di setiap pengajian yang diisi oleh Waled Nu. Pertanyaan tersebut terdiri dari dari masalah akidah (Tauhid), fikih, dan tasauf. Waled menjawab pertanyaan itu dengan jelas, lugas, netral, dan tidak disusupi oleh kepentingan suatu pihak dan jauh dari sikap primordialisme. Bab kelima berupa biografi Waled Nu, mulai dari tanggal lahir, masa kanak-kanak, pendidikan yang dikenyamnya, perannya dalam membina anak yatim dan fakir miskin, serta sejumlah pengalamannya dalam merintis pendidikan. Dari sini pembaca akan tahu bahwa sosok Waled Nu adalah seorang ulama yang mandiri, peka terhadap perubahan zaman, peduli kepada sosial manusia, dan lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Selamat membaca!
Untuk memiliki buku ini, anda dapat menghubungi penulis.
Abdul Hamid di 085217900078