Meningkatkan Kualitas Guru PAI
GEMA JUMAT, 13 OKTOBER 2017
Di dalam ruang serbaguna Kantor Gubernur Aceh, Kamis (12/10) Banda Aceh, para guru agama dari berbagai daerah di Indonesia sudah siap menyimak materi seminar. Mereka adalah ujung tombak keberhasilan Pendidikan Agama Islam (PAI). Pelaksanaan seminar merupakan satu dari beberapa rangkaian Pentas PAI di Taman Ratu Safiatuddin.
Pemateri pertama Kakanwil Kementrian Agama (Kemenag) Aceh Drs Daud Pakeh bertindak sebagai pemateri pertama. Ia menyampaikan materi bertemakan Manajemen Mutu Pendidikan Agam Islam Menuju Aceh Carong. Carong dalam Bahasa Indonesia berarti pintar. Sedangkan tema besar seminar nasional ini adalah Melalui Pendidikan Agama Islam Membangun Peserta Didik Berkarakter Menuju Aceh Carong, Beradab, dan Berkarya Saing.
Selama sekitar 30 menit ia menyampaikan bagaimana Guru PAI mengembangkan kapasitas diri. Menurutnya, seiring berkembangnya teknologi, para guru bisa memanfaatkannya sebagai alat pembelajaran PAI yang lebih modern. Segala informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan mudah menggunakan internet.
Ia menambahkan, substansi mata pelajaran PAI sampai sekarang tidak ada yang berubah. Namun, metode belajar dan mengajar terus mengalami perubahan yang cepat. Sebab mengikuti perkembangan zaman. “Substansi oendidikan agam tidak pernah beribah. Tetapi proses penyampaian ilmu pengetahuan cepat kali berubah, metode pembelajaran perlu disesuaikan,” ujarnya.
Daud Pakeh menjelaskan, agama bukan sekadar ilmu, melainkan pengamalan. Dari hasil belajar PAI, peserta didik mengetahui berbagai pengetahuan tentang agama. Alangkah sedihnya mereka sebatas mengetahui, sedikit yang mengamalkannya. Menurutnya, inilah sebuah kesalahan akibat paradigm bahwa agama hanya sekadar ilmu. Para guru perlu mencari ide-ide supaya siswa tidak hanya belajar agama, tetapi mengamalkan pengetahuannya. Contohnya saja, meskipun banyak orang mengetahui kelebihan salat sunat zuha, namun sedikit yang mengerjakannya.
Ia menjelaskan, para guru membutuhkan strategi-strategi mengajar yang efektif. Sehingga pengetahuan PAI terpatri dalam jiwa peserta didik, serta mendorong mereka mengamalkannya. Keberhasilan proses pendidikan di sekolah sangat bergantung sebanyak 60 persen kepada Kepala Sekolah. Kemampuan manajemen kepala sekolah menentukan keberhasilannya.
Di Aceh, Kakanwil Kemenag dan Dinas Pendidikan Aceh menentukan sekolah percontohan proses pembelajaran PAI yang baik. Untuk Sekolah Dasar percontohan tersebut berada di Aceh Tamiang. Sedangkan Taman Kanak-Kanak di Lhokseumawe. “Agama harus direalisasikan,” tambahnya.
Ia berharap guru agama di Indonesia mengembangkan dirinya dengan baik. Ajaknya, supaya guru agama yang berpendidikan S1 untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya, atau sampai ke tingkatan S3. Mereka tidak boleh malas membaca. Segala macam ilmu pengetahuan bersumber dari bacaan-bacaan.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Ar-Raniry Prof Syamsul Rijal turut hadir mengikuti seminar. Dalam sesi diskusi seminar tersebut, ia menanggapai gagasan-gagasan Daud Pakeh. Menurutnya, Guru PAI memang sebaiknya berpendidikan tinggi. Ia menyarankan supaya ada program 1000 master untuk Guru PAI. “Mengapa tidak ide-ide dalam seminar ini direkomendasikan kepada pemerintah. Pergelaran pentas PAI adalah momentum strategis,” tuturnya.
Ia turut menyarankan ada program 100 hari setelah peserta didik belajar PAI. Setelah 100 hari belajar, perubahan-perubahan pada peserta didik setelah belajar 100 hari PAI diveluasi. Program ini mengadopsi seperti evaluasi 100 hari setelah presiden dilantik.
Daud Pakeh membalas respon Samsul Rijal. Katanya, hasil seminar nasional PAI akan direkomendasikan kepada pemerintah. Walaupun seminar bertajuk “Aceh Carong”, kegiatan seminat seyogyanya bermanfaat bagi seluruh Guru PAI di Indonesia. Zulfurqan