Mensyukuri Fisik
Dr. Sri Suyanta
Gema, 01 Maret 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Dengan kemurahanNya Allah telah membekali kita sebagai manusia dengan potensi fisik yang sempurna (fisik biasa dilambangkan perwakilannya dengan tangan, hand ability). Dan hal yang paling mudah dikenali dari diri manusia adalah fisiknya; dari ujung rambut sampai ujung kaki. Karena mudah dikenali, fisik juga sering menjadi penanda yang membedakan ia dengan lainnya.
Setelah mengenali fisik, selanjutnya kita idealnya mengenali, memenuhi kebutuhan dan memberdayakannya. Ada ungkapan ‘raga kudu diragati ben ora dadi ragangan’; fisik harus dibiayai dan dirawat agar tidak menjadi kerangka yang berjalan.
Para dokter dan ilmuan yang berkompeten telah memberi jawaban dengan menulis ragam buku, presentasi dalam seminar atau buka praktik konsultasi dan klinik pengobatan terhadap apa dan bagaimana merawat, memenuhi kebutuhan fisik kita sekaligus mengobatinya bila terlanjur sakit.
Dalam Islam, kita sejatinya jauh-jauh hari telah mengatur dan memberi batasan tentang itu semua, tersimpul dalam makna olah raga. Olah raga di sini harus dimaknai sebagai manajemen fisik, mengelola raga, sehingga dapat menjalankan peran sebagaimana kodrat penciptaannya.
Semua organ fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki merupakan kesatuan sistemik lahiriyah kita sebagai manusia; meskipun masing-masing memiliki karakteristik, kebutuhan dan peran yang berbeda-beda namun tetap berjalin berkelindan mendukung totalitas penampilannya.
Coba bayangkan apa yang akan terjadi bila satu bagian organ saja dari fisik kita yang tidak dirawat atau tidak terpenuhi kebutuhannya, sehingga tidak dapat menjalankan perannya dengan sempurna. Sebut saja misalnya mata ketika tidak bisa melihat, telinga tidak bisa mendengar, kaki ketika tak mampu menahan tubuh saat berdiri atau organ lain begitu juga.
Oleh karenanya, fisik mesti dikelola dengan olah raga yang bersinergi dengan mengonsumsi makan minuman yang halalal thayiban dan tidak berlebihan (israf). Upaya seperti inilah yang kemudian membuahkan hasil menjadi orang yang fisiknya sehat bugar dan berketerampilan, sehingga kecerdasan kinestetik tercipta.
Setelah mengenali diri secara fisik, maka ada beberapa akhlak yang harus dilakukan, di antaranya:
Pertama, menjaga kebersihan, karena kebersihan merupakan bagian dari iman. Dengan demikian orang beriman adalah orang yang bersih dan menjaga kebersihan.
Di samping dengan mandi, sebaiknya membiasakan dalam keadaan berwudhuk. Hal ini dimaksudkan agar perilaku kesehariannya terpelihara dari maksiat, di samping bisa tampil bersih, rapi, heigenis, dan menawan.
Seorang muslim yang baik akan dijauhkan dari berpenampilan yang kotor, kumuh, atau acak-acakan, rambutnya tak disisir kumal, mulutnya bau karena tidak sikatan, BB alias badannya bau, pakaiannya lusuh tidak diseterika, kaos kakinya menimbulkan aroma tak sedap dan ketidakberesan lainnya.
Kedua, mengonsumsi makanan dan minuman yang halalal thayyiban serta tidak berlebih-lebihan.
Dalam tubuh manusia terdiri benda padat seperti tulang, cairan, dan udara. Benda padat hanya sepertiga saja dari cairan, persis seperti porsi permukaan daratan di bumi ini sepertiga dari lautan. Maka sebaiknya kita mengosumsi hanya sepertiga makanan keras dari minuman dan buah-buahan, selebihnya udara. Bila ini dilakukan, maka akan seimbang, tidak akan terjadi obesitas atau menderita gizi buruk.
Kedua, menjaga kesehatan dengan berolah raga secara teratur.
Agar bisa beribadah mahdhah seperti shalat dan puasa diperlukan kesehatan fisik yang prima, maka menjaga kesehatan merupakan hal utama. Jangan dipikir bahwa olah raga itu tidak penting dalam Islam, justru sangat penting karena fisik sebagai modal utama untuk kesempurnaan dan keindahan ibadah.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad saw menuntun umatnya untuk menjaga fisik dengan berolah raga seperti berenang, menunggang kuda, lari, memanah dan seterusnya.
Ketiga, menutup aurat agar terpelihara dari merasuknya udara ekstrem, sengatan panas, dinginnya cuaca, dan atau pandangan liar dari orang-orang iseng yang tak bertanggungjawab.
Di samping itu, menutup aurat bagi orang-orang yang baik juga dapat menstimulasi untuk berperilaku syar’ i dan dapat menjauhi perilaku yang melanggar aturan.
Malu rasanya busananya muslim atau muslimah, tetapi menerobos lampu lalu lintas saat merah menyala. Tidak etis rasanya pakai jilbab atau berpeci tetapi menipu atau menjahati sesamanya. Dan seterusnya.
Keempat, menjaga fisik dari kerusakan dan dari rasa sakit, seperti perbuatan melukai diri sendiri, seperti bunuh diri atau juga membuat tato di tangan, dada atau bagian tubuh lainnya dan lain sebagainya.
Kelima, memberdayakan fisik. Akhlak menuntun agar kita di samping memelihara dan memenuhi kebutuhan fisik, juga dituntut untuk memberdayakannya sesuai dengan arah dan kodratnya.
Banyak di antara kita yang dianugrahi bakat-bakat spesial yang harus diberdayakan agar berkah dan menuai maslahah, seperti terampil membuat sesuatu, menjahit, menggambar, bernyanyi, menari, merias, merangkai bunga, menanam, memasak, memanah, menunggang kuda, berenang, sepak bola, main bola volly dan seterusnya.