Mensyukuri Kesehatan
Dr. Sri Suyanta
Gema, 05 Maret 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Saudaraku, kita sering diingatkan bahwa pada umumnya orang baru menyadari penting akan keberadaannya justru saat ia tidak berada dalam jangkauannya, seperti tentang kesehatan. Ternyata banyak orang baru menyadari bahwa badan sehat itu penting di saat tidak sehat lagi, atau ketika rasa sakit menjangkiti. Oleh karenanya kita layak mengingat kembali tentang akhlak mensyukuri kesehatan.
Pertama, meyakini sepenuh hati bahwa kesehatan merupakan karunia Allah yang tak terkira harganya. Ginjal sehat sepasang seharga ratusan juta, hati yang sehat ratusan juta, sepadang tangan yang sehat ratusan juta, mata sebelah yang sehat ratusan juta dan seterusnya. Juga harga tabung oksigen jutaan, transfusi darah, suntik dan seterusnya juga sangat mahal. Tetapi untungnya kita tidak diminta menghitung biayanya sehat anggota badan itu semua, apalagi membayarnya dengan rupiah atau dolar. Kita hanya dituntun untuk mensyukurinya, dan uniknya ketika kita menysukuri kesehatan maka manfaatnya juga berpulang ke diri sendiri, tidak untuk Allah.
Kedua, memperbanyak lafald syukur, lafal alhamdulillah. Saudaraku, semoga kita tidak menunggu sakit dulu baru sadar akan pentingnya kesehatan. Semoga tidak menunggu badan sakit dulu dan sembuh baru bersyukur, dengan mengucapkan alhamdulillah. Semoga tidak seperti saat aliran listrik dan lampu hidup kita tidak bersyukur, dan tidak mengucapkan alhamdulillah. Dan ternyata kebanyakan kita mengucapkan alhamdulillah saat listrik dan lampu hidup kembali setelah mati yang agak lama.
Apa mesti menunggu mati lampu dulu, dan baru bersyukur setelah hidupnya? Saya rasa relatif jawabannya. Namun bagi yang terbiasa listrik dan lampu on dan sekalinya mati dan terputus, maka akan susah beraktivitas. Sepontan mengucapkan alhamdulillah saat listrik dan lampolu on. Orang yang telah merasakan sakit badan atau sakit giginya saja misalnya, maka segalanya akan terganggu. Pada saatnya, mau makan tidak enak, akan tidur tidak nyenyak, mau shalat juga susah khusyuk, dan beraktivitas apa saja hanya untuk melupa-lupakan rasa sakitnya. Lalu sadar betapa pentingnya sehat.
Oleh karenanya, mestinya kita bersyukur kepada Allah karena kita tidak sakit gigi, tidak sakit mata, tidak sakit THT, tidak sakit kepala, tidak sakit perut, tidak sakit tangan dan kaki, tidak sakit dalam, tidak lever, tidak sakit jantung, tidak menderita tumor, tidak sakit karena cemekam, tidak patah tulang, tidak diamputasi, dan tidak sakit apa-apa, semua anggota badan kita sehat tak kurang suatu apapun. Seandainya kita hitung anggota badan kita yang sehat, maka harusnya lafald alhamdulillah diucapkan karena rasa syukur kita, tidak akan ada jedanya.
Ketiga, menggunakan kesehatan anggota badan sesuai dengan peruntukan pensyariatannya. Ketika gigi secara fisik sehat dan tidak berlobang atau tidak sakit, maka mensyukuri sehatnya gigi mestinya hanya digunakan sesuai peruntukan syariatNya, yaitu untuk menggigit atau mengunyah makanan yang halalan thayiban. Gigi tidak digunakan untuk menggigit yang haram-haram atau untuk melukai orang.
Mensyukuri sehatnya mata, hanya dengan menggunakannya untuk membaca ayat-ayat Allah baik yang tersurat dalam al-Quran maupun yang terbentang di alam, dan untuk melihat hal-hal yang baik saja. Mata tidak boleh jelalatan, digunakan untuk mengintip-intip, memata-matai orang lain, apalagi untuk mencari kejelekan sesamanya.
Telinga kita sehat di saat dapat dipergunakan untuk mendengarkan suara dan tidak ada gangguan apa-apa, tidak kabur, tidak berdegung. Maka mensyukuri sehatnya telinga adalah dengan menggunakannya untuk mendengarkan ayat-ayat Allah saat dibaca, atau mendengarkan pengajian, tausiah, kuliah, pengajaran dan pendidikan, lagu yang membangun jiwa mengabdi. Telinga tidak pantas digunakan untuk nguping, atau untuk mendengarkan desas desus atau mendengarkan fitnah murahan dan hal-hal yang tidak seronoh lainnya.
Demikian juga mensyukuri sehatnya kaki, yaitu hanya digunakan untuk melangkah ke tempat-tempat ibadah, ke tempat mencari nafkah dan untuk kemaslahatan lainnya. Kaki tidak untuk sepak sana sepak sini, tidak untuk pergi ke tempat-tempat maksiat.
Kesehatan anggota badan lainnya juga begitu, disyukuri dengan digunakannya sesuai peruntukannya guna menggapai keridhaan Allah ta’ala.