Mensyukuri Perjumpaan
Dr. Sri Suyanta
Gema, 28 Maret 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Saudaraku, perjumpaan atau pertemuan dan perpisahan merupakan bagian dari ketentuan garisan tangan sebagai takdir yang wajib diyakini oleh orang muslim yang baik. Ternyata hanya Allah sajalah yang menentukan kita bertemu dengan siapa, kapan waktunya, di mana tempatnya, bagaimana keadaan masing-masing, dan mengapa dipertemukan. Demikian juga perpisahan.
Terdapat keyakinan yang dapat memberi sugesti positif, yaitu dikatakan bahwa orang baik hanya akan bertemu dan dipertemukan dengan orang baik saja. Allah yang maha mengatur juga menggerakkan hati setiap hambaNya ke mana dan kapan melangkahkan kaki untuk suatu urusan kebajikan. Di sinilah maksud dan tujuan bertemu dan dipertemukan antara orang baik yang satu dengan orang baik lainnya. Di titik yang sama kita bertemu jodoh kita, dan bertemu saudara kita seiman senasib seperjuangan dulunya.
Namun demikian, bila kita bertemu dan dipertemukan juga dengan orang yang tidak baik hatinya dan jahat perilakunya, maka terdapat dua kemungkinan karenanya.
Pertama, diharapkan kita dapat mengajaknya kepada kebaikan, karena bisa jadi kitalah yang menjadi wasilah terbukanya hidayah bagi saudara kita tersebut.
Kedua, kita diharapkan bersikap sabar, karena bisa jadi pertemuan tersebut sebagai ujian atas
keimanan kita.
Pertemuan dapat terjadi secara terencana seperti diawali dengan perjanjian atau kesepakatan tertentu atau karena satu tujuan seperti saat bekerja di tempat yang sama, mengajar di sekolah sama, meeting acara yang sama dan seterusnya. Namun pertemuan juga dapat terjadi secara insidentil dan tidak direncanakan sebelumnya. Misalnya saat melakukan perjalanan bertemu dengan saudara atau teman seangkatan sekolah dulu. Dan seterusnya.
Oleh karena itu, bagaimana sikap saat bertemu tersebut? Di sinilah penting agaknya kita mengingat kembali tentang akhlak mensyukuri pertemuan.
Pertama, meyakini sepenuh hati bahwa pertemuan sebagaimana perpisahan adalah ketentuan atau takdir Allah atas hamba-hambaNya. Hanya Allah saja menggerakkan hati dan memastikan kita dapat bertemu dengan siapapun ia. Demikian juga perpisahan.
Kedua, memanjatkan syukur dengan mengucapkan alhamdulillahirrabbil ‘alamin. Semakin lama durasi kebersamaan dan kemudian perpisahan sebelumnya, maka akan menambah kerinduan, sehingga bertambah-tambah rasa syukur.
Ketiga, saling menyapa dengan keramahtamahan. Syukur-syukur dapat berebut untuk memberi salam duluan sembari tersenyum dan diiringi jabatan tangan (terutama bagi yang sama-sama laki-laki, atau yang sama-sama perempuan). Ingat 3S pesan AA Gim, Sapa Salam, Senyum.
Keempat, bila tersedia waktu yang lama, maka ada baiknya saling melepas rindu sembari mengenang masa-masa bersama dulu dan saling berbagi cerita tentang ibadah, keluarga, pekerjaan dan hal-hal lain secara wajar.
Kelima, bila saatnya berpisah, maka menyampaikan salam perpisahan, berjabat tangan dan saling mendoakan serta berwasiat tentang sabar juga kebaikan antara yang satu dengan lainnya.