Mensyukuri Udara
Gema, 01 Mei 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Saudaraku, di samping menurunkan air, dengan kemahamurahanNya, Allah juga menyediakan udara yang dapat dihirup oleh manusia sesuka hatinya dan makhluk hidup lainnya.
Dalam banyak ayat Allah menegaskan bahwa segala penciptaan merupakan tanda-tanda kebesaranNya, seperti adanya pergantian siang malam, awan, turunnya hujan, rindangnya pepohonan, dan seterusnya. Allah berfirman, Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman (Q.s. Ak-An’am 99)
Menurut Syaefudin, Asisten Dosen Metabolisme, Departemen Biokimia, FMIPA-Institut Pertanian Bogor, sekali bernafas, umumnya seseorang memerlukan 0,5 liter udara. Bila bernafas 20 kali setiap menitnya, maka udara yang dibutuhkan sebanyak 10 liter. Dalam sehari, setiap orang memerlukan 14.400 liter udara. Udara yang dihirup manusia terdiri dari oksigen dan nitrogen. Keduanya, berturut-turut 20% dan 79% mengisi udara yang ada di sekitar manusia. Bila perbandingan oksigen dan nitrogen dalam udara yang manusia hirup sama, maka setiap kali bernafas manusia membutuhkan oksigen sebanyak 100 ml dan 395 ml lainnya berupa nitrogen. Artinya, dalam sehari manusia menghirup 2880 liter oksigen dan 11.376 liter nitrogen.
Seandainya harga oksigen saat ini adalah Rp 25.000 per liter dan biaya nitrogen per liternya Rp 9.950 (harga nitrogen $ 2.75 per 2,83 liter, data nilai tukar dollar Bank Indonesia pada 9 November 2009), maka setiap harinya setiap orang menghirup udara yang sekurang-kurangnya setara dengan Rp 176.652.165. Dan setiap bulannya harus menyediakan uang sebesar 5,3 Miliar rupiah, dan setiap tahun 63,6 Miliar. Seandainya dikaruniai usia 100 tahun, maka dananya 63,6 milyar kali 100= ???????
Oleh karena itu hanya ada satu sikap yang pantas dilakukan oleh manusia terhadap Allah zat pencipta dan penyedia udara unyuk makhlukNya, yaitu mensyukurinya. Nah di sinilah pentingnya kita mengingat kembali tentang akhlak mensyukuri udara.
Pertama, bersyukur dengan meyakini sepenuh hati bahwa udara merupakan karunia yang tak terkira, dan nikmat yang tersedia sepanjang hayat yang disediakan oleh Allah untuk hamba-hamba dan makhlukNya.
Kedua, memperbanyak ucapan alhamdulilah, masih dengan nyaman menghirup udara. Coba bayangkan bila harus bernafas dengan selang dan tabung oksigen, betapa sesaknya dada, dan betapa besarnya dana untuk membayarnya. Untuk gambaran ini dapat dengan mudah kita peroleh saat bezuk saudara yang sakit di rumah sakit.
Ketiga, memelihara kebersihan udara dengan tidak mencemarinya, misalnya tidak melakukan pembalakan liar sehingga hutan lindung tetap memproduksi oksigen dengan cukup. Di samping itu tidak membakar sampah sembarangan, dan tidak membakar hutan.
Keempat, menanam tanaman atau pohon, sehingga keasrian dan kesejukan udara terpelihara.
Kelima, membangun dengan ramah terhadap lingkungan.
Keenam, meminimalisir munculnya asap, baik dari pembakaran maupun mesin-mesin dan kendaraan.