Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga
Gema, 02 Maret 2018
Oleh Dr. Agustin Hanafi, Lc, MA (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry)
Komunikasi intensif dalam keluarga sangat dibutuhkan baik antara pasangan, maupun orang tua dengan anak. Salah satu faktor penyebab renggangnya hubungan keluarga dewasa ini adalah komunikasi yang minim antara keduanya. Terlebih zaman now yang memanjakan kita dengan berbagai aplikasi, sehingga kurang peduli terhadap orang yang terdekat dengan kita.
Kita menganggap itu sesuatu yang biasa dan sifatnya remeh remeh tidak perlu diperhatikan secara khusus karena takut dibilang “lebay” atau “suami takut isteri” dan sebagainya. Padahal ini adalah sesuatu yang urgen dan bisa dilakukan dari hal yang kecil misalnya suami ataupun isteri mengabarkan kalau ia telat pulang karena belum selesai rapat atau masih lembur. Suami menanyakan kabar isteri dan anak-anak dan bagaimana situasi dan keadaan mereka selama ditinggal tugas beberapa hari ini, menanyakan apa sudah makan atau belum, apa menu dan lauk yang ia santap siang ini. Hal-hal seperti ini dapat menghangatkan suasana rumah tangga karena merupakan bagian dari bentuk perhatian dan penghargaan tinggi yang tak dapat dinilai dengan materi.
Salah satu pemicu kurang harmonisnya hubungan rumah tangga adalah minimnya komunikasi serta kurangnya perhatian terhadap pasangan karena masing-masing sering disibukkan dengan dunianya sendiri. Suami sibuk dengan handphone, begitu juga isteri dan anak. Sehingga momen kebersamaan dalam keluarga yang diharapkan ajang bercanda ria dan kegembiraan berubah menjadi semu dan hambar, sehingga suasana rumah tangga menjadi gersang karena masing-masing kurang peduli dengan yang duduk di sampingnya.
Seharusnya kebersamaan indah dalam keluarga itu dimanfaatkan untuk bercanda dan tertawa, sehingga beban dan rasa penat selama ini menjadi hilang. Sehebat apapun suami atau isteri di luar rumah, tetapi posisinya di dalam rumah rumah tetap saja sebagai seorang suami bagi isterinya, seorang isteri bagi suaminya, seorang ayah ataupun ibu bagi anak-anaknya. Jadi tanggalkan semua atribut dan embel-embel yang menggambarkan status sosial, sehingga bawaan di dalam rumah tidak kaku, tetapi suasana cair dan menghangatkan menuju keluarga sakinah mawadah warahmah. Mudah-mudahan kita semua dapat menggapainya. Allahumma amin.