Skill Solusi Pengangguran di Aceh
GEMA JUMAT, 11 AGUSTUS 2017
Pengangguran yang melimpah tentunya tidak akan membuat Aceh bisa menghadapi tingginya persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan. Disamping itu masih ada permasalahan lain yang harus dihadapi kaum muda, mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi. Terutama selain mulia tumbuh kesadaran pentingnya jiwa entrepreneur, namun
sekarang muncul masalah dengan skill, baik skill aplikasi keilmuan, skill memasarkan, menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dan lain-lain. Melihat kenyataan diatas maka tidak heran jika masih ada banyak kalangan
yang khawatir dengan adanya kekurangan lapangan pekerjaan.
Menurut Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) I Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Aceh Periode 2013-2016 H. Jamaluddin, ST, bahwa kemiskinan di Aceh ini terjadi karena faktornya adalah para pemuda kita tidak memiliki skill. Maka tidak sanggup bersaing dengan pemuda luar daerah untuk melamar pekerjaan.
Selama ini kita melihat pemerintah belum fokus pada melahirkan skill pemuda, dan untuk mendapatkan pekerjaan, mereka harus memiliki keahlian tersendiri. “Jika Pemerintah Aceh focus pada skill para pemuda, maka itu istilah peribahasa, sekali dayung dua pulau terlewatkan,” ujar Ketua DPP Ikatan Konsultan Indonesia (Inkindo) Provinsi Aceh periode 2014-2018 ini.
Ia menjelaskan dari perbahasa tersebut adalah ketika para pemuda sudah disibukkan dengan aktifi tas seharihari, yaitu pergi pagi dengan pulang petang, hanya untuk bekerja. Siklus ini akan terus berputar sampai seterusnya dengan aktifi tas yang sama. Disini kita melihat tidak ruang waktu yang sia-sia.
“Tetapi jika banyak ruang waktu yang terbuang, maka kemungkinan para penyamun itu akan masuk, dengan cara menjanjikan uang yang mengiurkan dan pekerjaan yang tetap dengan cara, apakah mereka menjadi penyalur narkoba atau pengedar narkoba, bahkan pemakai narkoba, karena faktor utamanya adalah mereka tidak memiliki pekerjaan tetap,” kata Ketua PW. Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Aceh ini.
Pemuda Aceh hari ini kita melihat, bukan kekurangan lapangan pekerjaan, tetapi tidak memiliki skill pada dirinya sendiri. Banyak jasa yang dibutuhkan di Aceh, tetapi dengan sangat sayang kita meminta kepada orang luar untuk memenuhi keterampilan tersebut. Karena pemerintah fokus untuk melahirkan pemuda yang siap kerja. “Seperti pulau jawa, Jogja dan Bandung misalnya, mereka jelas menciptakan para pemuda yang siap tampil dan memiliki skill yang siap untuk dipakai” tegas mantan Pengurus PW. GP. Ansor Aceh ini.
Untuk para pemuda yang siap tampil dan menghapuskan di Aceh maka ada dua tahap yang harus dilakukan oleh pemerintah hari ini. Yang pertama adalah kita lihat dilapangan dengan cara pemetaan apa yang dibutuhkan pasar pekerjaan. Yang kedua, ciptakan para pekerja sesuai dengan daerah dan kultur masing-masing. Dengan cara memetakan daerah, seperti tengah para pemudanya membutuhkan apa, barat selatan Aceh apa, dan daerah timur Aceh apa. Ini penting, karena kalau tidak nanti terjadi penumpungkan sumber daya manusia, tetapi tidak dibutuhkan dilapangan.
“Maka sebelum dilaksanakan program tersebut, di perlukan pemetaan dilapangan, apa yang dibutuhkan dilapangan, maka laksanakan itu. Yang paling utama kita ajak para Ketua KNPI Kabupaten/Kota untuk lebih giat dalam menseleksi para pemuda untuk dikirim dalam menjalani training pelatihan. Dengan cara dibantu oleh para ketua Pemuda kecamatan dan dibuat penjaringan untuk pemuda desa. Maka carilah pemuda yang betulbetul ikut pelatihan dengan keinginan yang sangat serius,” tegasnya.
Melatih Skill
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) I Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Aceh periode 2017-2020 Wahyu Saputra, SE menyatakan akan membuka peluang kepada pemuda yg ingin memulai usaha dengan mengajarkan program SIYB (Start and Improve Your Business / Mulai dan Kembangkan Usaha Anda). “Program ini kita adopsi dari lembaga International Labour Organization (ILO),” pungkasnya.
Setelah pemuda mengerti konsep usaha, cara promosi penjualan, arus kas dll. Kemudian kita akan arahkan ke pelatihan ketrampilan teknis. Sesuai dengan ide usaha yang mereka inginkan. “Artinya sebelum mereka memulai usaha, mereka harus memiliki knowledge (pengetahuan), skill (ketrampilan) dan attitude (sikap). Atitude menyangkut dengan komitmen terhadap usaha, kerja keras, cara melayani pembeli, dll,” ujarnya.
Ia menambahkan, yang menjadi pekerjaan kita bersama sekarang ini adalah memerangi narkoba. Untuk memerangi kejahatan yang sangat mematikan ini ada empat tahapan yang harus dilalui. Pertama, kita akan berkerjasama dengan BNN, kepolisian dan ulama/tokoh agama untuk memberikan pemahanan kepada pemuda tentang bahayanya dampak narkoba. Sosialisasi ini kita lakukan ke desa, sekolah dan kampus.
Kedua, kita akan mendorong sekolah dan kampus untuk secara rutin persemester melakukan test narkoba secara komprehensif kepada pelajar dan mahasiswa. Ketiga, knpi akan mengajak ulama dan tokoh agama untuk memberikan pemahaman dari segi agama tentang narkoba sebagai perbuatan dosa dan tercela.
Keempat, KNPI siap mengambil peran untuk memberikan ruang kepada pemakai yang sudah berhenti dan telah di rehabilitasi untuk program-program wirausaha produktif. Indra Kariadi