Iman Bangkitkan Persatuan
GEMA JUMAT, 07 APRIL 2017
Khatib: Tgk. Umar Ismail, S.Ag, Ketua Umum PW ISKADA Aceh 2001-2003 dan Penyuluh Kemenag Banda Aceh
Sesungguhnya orang orang mukmin itu bersau- dara, karena itu damaikan- lah antara kedua sau- daramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” (Al-Hujarat : 10).
Iman bukanlah satu benda yang dapat di beli atau satu benda yang dapat dihadiahkan, tetapi ia adalah jiwa yang mengen- dalikan manusia didalam segala perbuatannya, ucapannya maupun isi hatinya. Manusia Islam ditegakkan oleh Iman yang penuh dengan kebenaran dan keadilan, yang men- ghubungkan antara langit dan bumi. Iman kepada Allah Yang Maha Kuasa merupakan keyakinan yang teguh yang tak boleh dipermainkan dengan apa dan bagaimanapun.
Iman menampakkan sikap, iman tidak mau dimasukkan kedalam perangkap, Iman bukanlah malas pulas, Iman lemah punah, tetapi Iman adalah kekuatan. Iman itulah yang menjadi dasar hidup kaum muslimin. Iman menjadi pangkal utama didalam Islam. Iman berarti pendi- rian, seorang yang beriman berarti mempunyai pendi- rian. Ia tidak plin plan, ia tidak bermuka dua, ia tidak mencari nama semata, mencari dunia belaka, ia tidak mencari jasa dari manusia dan tidak tergoda oleh harta, wanita, pangkat dan kedudukan. Oleh sebab itu, tidaklah semua manu- sia dapat bertahan dalam memelihara iman yang suci murni, sekalipun ia seorang alim atau muslim. Iman sangat penting dan dimiliki oleh manusia dalam meng- hadapi suasana hidup yang memerlukan pendirian, kepribadian, kebenaran dan keadilan. Maka janganlah umat Islam laksana ulat sutra yang mengeluarkan benang untuk membuatkan pakaian yang halus kepada manusia, sedangkan ia membunuh diri sendiri dan mati, bahkan kepadanya tidak diberikan kain kafan yang layak sebagai penghargaan.
Umat Islam hendak- lah hidup dengan Iman di dalam segala keadaan, apalagi di waktu-waktu sulit, dimana umat islam di uji oleh keadaan, akhir akhir ini umat islam di uji berupa renggangnya rasa persaudaraan atau persatuan, lebih lebih ada tangan tangan dari luar yang menggerayanginya, walaupun demikian , cita cita menggalang persatuan umat islam tidaklah boleh kendor.
Umat islam harus lebih banyak mawas diri atau intropeksi diri, meneliti apa faktor yang melemahkan persatuan itu, dan kemudian berusaha memperbaikinya. Kaum Mus- limin semakin merasakan pentingnya harus menyatukan pandangan dan langkah dalam menghadapi persoalan- persoalan, baik persoalan duniawi maupun ukhrawi.
Persatuan umat Islam adalah cita-cita kaum muslimin, sesuai dengan ajaran agama kita. Allah berfirman dalam Al Quran :” Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (Al-Hujarat: 10). Ayat ini terus menerus dikuliahkan dan dikhutbahkan dan selalu dijadikan hujjah dan pembicaraan di kalangan umat islam, supaya umat islam bersatu. Tetapi persatuan yang diidam-idamkan itu nampaknya semakin lama semakin buyar.
Mengapa umat islam belum bersatu ? padahal mereka semua tahu bahwa ajaran islam menghendaki adanya persatuan. Pertanyaan itu bisa di jawab dengan ringkas, yaitu belum menghayati nilai nilai iman secara murni. Dalam surat Al-Hujarat ayat 10 Allah menyatakan orang beriman itu bersaudara, maka orang yang menyadari pentingnya persaudaraan adalah orang beriman, yaitu bersatu dalam ikatan rasa bersaudara. atau rasa bersaudara yang tumbuh dari keimanan kepada Al- lah dan Rasul. Keimanan yang menjelma berupa ‘ubudiyah yang tertib dan khusyu’ kepada Allah, Keimanan yang menjadikan pemiliknya mampu mengendalikan hawa nafsu dan menempatkannya pada ketentuan Allah dan Rasul, tempat memulang- kan segala persoalan yang diperselisihkan. Allah SWT berfi rman:
“Dan dialah (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beri- man), Sekalipun engkau belanjakan apa yang ada di bumi semuanya tidaklah dapat engkau memper- satukan hati mereka, tetapi Allah-lah yang memper- satukan mereka, sesung- guhnya ia (Allah) Maha perkasa lagi Maha bijak- sana”. (Al-Anfal: 63).
Karena imanlah kita bersatu dan yakin bahwa Allah yang telah mempersatukan hati orang orang mukmin. Apabila kei- manan hilang dan lemah di kalangan umat islam atau di kalangan sebahagian daripadanya maka rasa persatuan hilang atau lemah pula, terlapau lemah untuk menjalin rasa persaudaraan umat islam.
Umat islam pada dasar dan titik tolaknya berniat hendak menegakkan kalimah Allah dan mengharapkan keridhaan Allah, begitu rumusan masing- masing, tua dan muda, di bidang sosial, budaya dan politik. Carilah keridhaan Allah yang satu agar dapat kita bersatu, Soal persatuan yang sebenar persatuan bukan semata-mata soal ilmu, bukan sekedar pengetahuan bahwa persatuan itu baik dan perpecahan tidak baik. Persatuan tidak bisa di beli dengan harta dan materi. Persatuan adalah soal Qalbu (hati), soal tujuan yang diniatkan oleh hati hendak di capai. Allah SWT berfi rman ;
“Wahai Nabi, Cukuplah Allah bagimu dan mereka yang mengikutuimu dari orang orang yang beri- man.” (Al-Anfal : 64)
Tujuan hidup dan mati mukminin hanyalah satu yakni keridhaan Allah se- mata-mata, inilah motifnya untuk mengerjakan sesuatu atau menahan diri dari melakukan sesuatu, ini juga motifnya untuk menyatakan sesuatu atau untuk berdiam diri, ini niatnya untuk beribadah dan beramal dan bukan “asal aku senang” dan “asal golonganku senang.” Tujuan mencari keridhaan Allah yang dipegangi oloeh orang orang yang beriman inilah ikatan pemersatu umat mukmin. Dari sinilah tumbuhnya tali ukhwah umat mukmin itu. Itulah yang dimaksud- kan oleh ayat:“Innamal Mukminuuna Ikhwatun.” Sesungguhnya Mukmin Itu Bersaudara.