Orientasi Masa Depan dalam Ajaran Islam
GEMA JUMAT, 15 SEPTEMBER 2017
Khatib: Prof. Dr. Al Yasa` Abubakar, MA, Guru Besar UIN AR Raniry Banda Aceh
Dalam keyakinan umat Islam, Al-qur’an adalah kitab hidayah, pedoman dan petunjuk hidup yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Untuk disampaikan dan diajarkan kepada umat manusia. Al-qur’an adalah kitab yang mulia dan suci, yang seluruh isinya adalah kebenaran, dan terpelihara dari pemlsuan dan perubahan sampai ke akhir zaman kelak. Umat Islam sangat dianjurkan untuk membaca Al-qur’an, memahami dan merenungkan maknanya dan setelah itu menjadikannya sebagai pedoman dan petunjuk hidup.
Salah satu tuntunan yang kita temukan dalam Al-qur’an adalah anjuran dan perintah untuk merencanakan masa depan. Kita diminta untuk merencanakan apa yang akan kita tuju dan apa yang akan kita capai nanti di usia dewasa, bahkan di usia tua di ujung hayat dan setelah itu nanti di akhirat. Kita perlu merencanakan dengna baik apakah kita akan masuk ke dalam surga atau masuk ke neraka. Kita perlu merancanakan apa yang harus dipersiapkan, apa dan bagaimanana langkah yang akan dikerjakan agar tujuan tersebut tercapai. Aspek inilah yang akan penulis ulas dalamkesempatan singkat khutbah ini. Perintah dan tuntunan agar umat Islam baik secara pribadi atau kelompok merencanakan masa depan mereka dengan baik.
Salah satu ayat Alqur’an tentang hal tersebut bermakna lebih kurang: Wahai orang yang beriman taatlah (bertakwalah) kepada Allah, dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya (dipersiapkannya) untuk hari esok (masa depan, hari kiamat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
Hari esok atau masa depan dalam ayat ini oleh kebanyakan ulama ditafsirkan dengan hari kiamat. Tetapi sebagian ulama menafsirkannya secara lebih harfi ah, esok atau masa depan adalah semua masa depan, bukan hanya yang di akhirat tetapi juga yang di dunia. Jadi masa depan yang dekat yaitu masa depan di dunia atau masa depan yang jauh, yaitu masa depan di akhirat, semuanya dicakup oleh ayat di atas. Menurut para ulama perlu persiapan dan perencanaan yang baik untuk menghadapi semua masa depan ini.
Dalam sebuah ayat lain, al-Nisa` (4) ayat 9, Allah berfi rman yang maknanya lebih kurang: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya mereka (meninggal dunia), maka mereka akan meninggalkan anak-anak (keturunan) yang lemah, yang merka kuatir tentang kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka takut (taat) kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar.
Sebagian ulama menafsirkan ayat ini dengna wasiat. Maksunya, kalau ada orang yang ketika berusia lanjut, atau karena sesuatu sebab merasa akan meninggal dunia (misalnya sakit) sedang dia masih mempunyai anak yang masih kecil (belum dewasa), maka dia harus hati-hati dalam berwasiat. Jangan sampai dia mewasiatkan hartanya untuk berbagai kepentingan sehigga menyebabkan anak-anaknya menjadi miskin, tidak terurus bahkan terlantar dan menderita.
Dalam sebuah hadis, ketika Sa`ad bin Abi Waqqash sakit berat, dia meminta izin kepada Rasulullah untuk mewasiatkan hartanya. Rasulullah memberi tuntunan agar dia mempersiapkan masa depan dan tidak membiarkan anak keturunannya menjadi miskin. Dia diberi izin mewasitkan sepertiga hartanya. Yang dua pertiga musti dia tinggalkan untuk ahli warisnya.
Dalam kisah Nabi Yusuf, disebutkan meramal (berdasarkan mimpi raja dan wahyu yang dia terima) akan terjadi kemarau yang berat dan panjang selama tujuh tahun. Untuk itu Nabi Yusuf meminta pemerintah (raja) dan semua rakyat mempersiapkan diri secara baik dan sungguh-sungguh untuk menghadapinya.Lebih dari itu Nabi Yusuf menawarkan diri untuk ditunjuk sebagai menteri kemakmuran karena beliau mampu membuat perencanaan dan sanggup pula melaksanakannya sehingga masa ttujuh tahun akan terlewati denan baik. Alhamdulillah dengan kebijkasanaan Nabi Yusuf masa sulit tersebut dapat dilalui Bangsa Mesir pada masa itu.
Merencanakan masa depan sebagai teladan dari Rasulullah harus kita maknai dalam artinya yang luas, bukan hanya dalam bidang ibadah untuk selamat di akhirat, atau dalam bentuk harta kekayaan sebagai warisna untuk anak cucu, tetapi seperti telah penulis sebutkan harus mencakup seluruh aspek kehidupan.
Sebagai orang tua misalnya kita harus merencanakan masa depan anak kita agar mereka menjadi penerus dan generasi yang kuat, baik dan mulia. Untuk itu tentu perencanaan dan pelaksanaan pendidikannyalah yang harus diutamakan. Pertama sekali kita rencanakan penanaman dan inernalisasi nilai-nilai kepada anakanak kita, seperti jujur, disiplin, rajin, pemurah dan mencinai Allah SWT. Dalam kaitan ini Rasulullah menyatakan bahwa belajar itu wajib dilakukan seumur hidup, sepanjang hayat.
Sebagai contoh lain, kita perlu merencanakan kesehatan kita di hari tua nanti. Kita berlu berupaya agar kesehatan kita di hari tua nanti akan tetap baik, bahkan lebih baik dari kesehatan rata-rata orang. Atau sebaliknya kita tidak peduli dan tidka memikirkan kesehaan kita di masa tua nanti. Di masa muda kita rela melakukan hal-hal yang buruk, yang memebikan kesenangan jangka pendek, tanpa memikirkan apa pengaruh dan dampaknya bagi kesehatan kita di masa tua nanti. Semoga semua kita bersedia merenung dan merencanakan masa depan kita dengan baik.
Berbahagialah mereka yang telah merencankan maa depannya dengna baik. Sedang bagi yang belum marilah kita merencanakannnya, karena upaya ini merupakan hal yang baik,yang disuruh oleh Al-qur’an dan telah diteladankan oleh Rasullullah Saw.