Implementasi Nilai Shalat dalam Kehidupan
GEMA JUMAT, 28 APRIL 2017
Habib Jindan bin Novel bin Salim bertandang ke Aceh untuk mengisi ceramah peringatan israk dan mikraj Nabi Muhammad SAW 1438 H/2017 M. Temanya implementasi filosofi salat dalam segenap aspek kehidupan. Peringatan ini dihadiri oleh seribuan jamaah.
“Ketika tiba waktu salat, Nabi Muhammad meminta Bilal bin Rabah untuk menghibur umat,” ujarnya,
Senin malam (24/4) di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Ia menjelaskan bahwa umat Islam jangan menjadikan salat sebatas kewajiban, melainkan sebagai kebutuhan. Pada masa nabi, umat Islam merasa gembira dengan hadirnya waktu salat. katanya, sayyidina Usman bin Affan menyebutkan orang yang bersih hatinya akan bahagia bila beribadah. Tapi, bila beribadah dengan hati yang kotor, orang tersebut cepat jenuh.
Tambahnya, ketika meng hadapi masalah, Nabi Muhammad mengatasinya melalui salat. Allah senantiasa akan memberikan pertolongan bagi hamba-Nya yang salat dengan ikhlas dan khusyuk. Allah meminta hambanya untuk bersabar, kemudian melaksanakan salat. Kemudian berzikir yang banyak. Salat mengandung berbagai zikir.
Salat ampuh untuk mengatasi solusi yang paling besar. Bahkan masalah yang tidak bisa diatasi manusia seperti kemarau, diselesaikan dengan salat istisqa. Dewasa ini, berbagai persoalan terjadi dalam sosial masyarakat. Misalnya, penipuan, korupsi, buka-bukaan aurta, permusuhan, itu semua bisa diatasi dengan salat. “Salat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, ” tambahnya.
Lanjut Habib Jindan, Allah memprioritaskan hamba-Nya yang lebih mementingkan salat. Di sana berarti kita lebih memprioritaskan Allah daripada kegiatan yang lain. Dalam salat terdapat kemenangan. Kemenangan itu terdapat di masjid. Barangsiapa yang tidak menemukan kesuksesan, kejayaan di masjid, berarti ia tidak berjo- doh dengan kesuksesan dan kejayaan itu.
“Telah menang orang yang beriman, khusyuk dalam salat, ” paparnya berdasar- kan ayat Alquran.
Ia menceritakan, Ali bin Abi Thalib tidak tidur siang maupun malam ketika menjadi khalifah. Ali khawatir bila tidur siang maka ia tidak bisa melayani rakyat. Sedangkan bila ia tidur malam, maka ia tidak bisa beribadah kepada Allah. Sebab, beribadah kepada Allah merupakan tugas seorang hamba.
Umar bin Khattab, pernah keasikan bersama kebun miliknya. Ia sempat lupa untuk melaksanakan salat walaupun hanya beberapa detik saja. Hal ini membuat dirinya bersedih. Ia pun memutuskan menyedekahkan kebunnya sebab dianggap tidak membawa keberkahan.
Tambahnya, orang yang tidak menyegerakan salat, segala perbuatan yang bersifat duniawi tidak akan lancar. Allah membuka pintu rezeki bagi mereka yang mengutamakan salat daripada perbuatan salat. Allah juga membuka pintu rezeki bagi hamba-Nya yang salat zuha.
“Barang siapa yang salat isya berjamaah, Allah menjamin keamanannya, ” tuturnya.
Salat berisi ucapan dan pergerakan tubuh. Dibuka dengan takbir, kemudian diakhiri dengan mengucapkan salam. Takbir berarti memprioritaskan Allah. Sedangkan salam bermakna untuk tidak menyakiti orang lain dari perbuatan maupun ucapan.
Ia menjelaskan, Nabi Muhammad sangat mengutamakan salat kendatipun sedang rapat ataupun berdiskusi dengan anak-anaknya. Nilai-nilai yang terdapat dalam nilai salat sangat tinggi. Semua itu mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia.
“Orang yang gemar salat, ia ahli introspeksi diri, tidak suka menyalahkan orang lain, ” pungkasnya.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah turut meramaikan kegiatan ceramah Habib Jindan. Dalam kata sambutannya, ia menyampaikan, seorang hamba bisa berkomunikasi dengan Allah melalui salat. Salat dimaknai sebagai pendatang kebahagian. Orang yang melaksanakan senantiasa memperoleh kedamaian jiwa.
Salat mengandung nilai-nilai kebersamaan serta kepemimpinan. Salat yang dimaksudkan di sini adalah salat yang dilakukan secara berjamaah dengan seorang imam. “Salat bisa melahirkan pemimpin yang bisa memimpin Aceh ke arah yang lebih baik, ” tandasnya.Zulfurqan