Indahnya Punya “Kampung Halaman”
Gema Jumat, 23 JUNI 2017
“Pajan woe u gampong?” tanya Afwun, mahasiswa FKIP Bahasa Inggris Unsyiah.
“Uroe nyoe, insyaallah,” balas Fatra Turhamun.
“Awak drokeuh mangat na gampong,” timpal Zulfahmi Rizki.
Percakapan seperti ini semakin sering terjadi menjelang Hari Raya Idul Fitri. Pajan woe u gampong (kapan pulang kampung) alias mudik semakin sering terdengar di telinga. Dimana-mana orang saling bertanya jadwal pulang kampung. Mungkin ingin mengajak mudik bersama. Fenomena mudik sudah sangat lumrah. Apalagi tiga hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ruas-ruas jalan dipadati oleh kenderaan seperti mobil dan sepeda motor. Hati pengendara tak sabar tiba di lokasi tujuan. Hati sangat ingin berjumpa dengan orang sudah lama ditinggalkan. Tidak sedikit mereka yang merantau jauh ke negeri orang meneteskan air mata ketika berjumpa sanak saudara, terlebih berjumpa dengan orang tua.
Menarik juga mendengar jawaban Zulfahmi, awak drokeuh mangat na gampong. Jawaban ini kerap dilontarkan oleh mereka yang seluruh keluarganya menetap di kawasan kota. Karena kebiasaannya, mudik dilakukan oleh orang yang merantau ke daerah ke perkotaan. Baik merantau dalam arti mencari rezeki maupun menempuh pendidikan. Mudik juga dilakukan oleh suami yang kini tinggal di kampung istri ataupun sebaliknya.
Bertemu kawan lama, bernostalgia kisah masa lalu berkisah masa sekarang dan harapan masa mendatang, itulah hal terjadi di kalangan masyarakat. Dulu melihat kawannya suka maen abee (main debu), sekarang sudah ganteng dan memiliki istri cantik dan anak jelita. Sedangkan kawannya yang lajang harap-harap cemas kalau sudah berbicara masalah ini. He-he.
Menjelang lebaran, lebih-lebih kaum ibu akan sibuk membuat membelikan baju untuk anak-anaknya serta suaminya. Tidak sedikit juga yang memilih membeli kue daripada membuat sendiri. Alasannya beragama, mislanya, biaya membeli dengan membuat sendiri sama hematnya. Kemudian karena tidak memiliki waktu sebab kesibukan kerja. Para orang tua biasanya juga menerima hadiah dari anak-anaknya. Hadiah yang diberikan kepada si ibu berupa baju gamis (atau baju model lain) dan sarung. Kepada si ayah diberikan baju koko, sarung, serta dilengkapi sajadah atau peci.
Pada dasarnya, tujuan mudik adalah untuk mempererat kembali tali silaturahmi. Bila silaturahmi itu sudah putus, lebaran merupakan saat yang tepat saling memaafkan. Ditambah niat tidak lagi saling menyakiti. Berkunjung ke rumah-rumah saudara adalah budaya merayakan Hari Raya Idul Fitri. Bahkan silaturahmi juga dijalin kembali dengan mereka yang sudah tiada. Berziarah ke kuburan, berdoa, membacakan Alquran merupakan satu-satunya cara tali silaturahminya. Mereka yang sudah tiada bisa mendengarkan. Semoga Allah mengampuni dosa dan memberikan rahmat kepada saudara kita di alam kubur sana.
Nah, bagi anda yang melakukan mudik, penulis memiliki beberapa tips. Mudah-mudahan bisa bermanfaat. Berikut tipsnya:
- Bagi anda pengendara sepeda motor, patuhilah rambu-rambu lalu lintas. Jika anda merasa lelah, beristirahatlah.
- Berhati-hatilah selama berkendara. Menjelang lebaran, keadaan jalan cenderung padat.
- Periksalah kenderaan anda untuk meminimalisirkan risiko terjadinya mogok.
- Pastikan tubuh anda dalam kondisi sehat ketika berkendara.
- Untuk penumpang angkutan umum, jagalah barang bawaan anda dengan baik. Zulfurqan