Komunisme Musuh Abadi Islam
TUJUH jenderal dibantai satu per satu pada peristiwa Gerakan 30 September
Partai Komunisme Indonesia (G30S/ PKI). Mayatnya dibuang ke lubang buaya. Kini partai berlambang paluarit itu merupakan ‘musuh abadi’ Umat Islam Indonesia. Banyak pihak menduga antek-antek PKI sedang membentuk gerakan baru.
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim MA mengharapkan, seluruh elemen masyarakat bersatu untuk mencegah kebangkitan ideologi komunis di Indonesia. Saat ini orang-orang yang berideologi komunis sudah menduduki posisi penting seperti di parlemen, kementrian, organisasi
masyarakat. Bahkan mereka juga menguasai media.
“Ini sangat berbahaya,”katanya pada diskusi kebangsaan Selamatkan Generasi Muda Dari Bahaya Laten Komunis di Aula Kesbangpol dan Linmas Aceh, Banda Aceh, Sabtu (1/10/16).
Katanya, orang yang memiliki hubungan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) berusaha menimbulkan perpecahan. Doktrin mereka terhadap kadernya sangat kuat. Sehingga mereka berani mati mempertahankan ideologinya. Ia mengisahkan
seseorang yang akan diampuni bila ia menolak ideologi komunis. Namun, ia tidak menyerah mempertahankan ideologi komunis sampai ajal menjemputnya.
Farid mengharapkan generasi muda berpikir maju sebagai benteng pencegahan munculnya kembali ideologi komunis. Generasi terdahulu harus mentransfer pengalaman pahit mereka sewaktu masa kelamselama terjadinya tragedi PKI.
Pemateri lain yang hadir seperti Miswar Sulaiman, perwakilan DPW Gerakan Bela
Negara (GBN) Aceh dan Jamaluddin ST, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia
(KNPI) Aceh.
Miswar mengatakan akan timbul berbagai macam persolan apabila tokoh bangsa,
ulama, pemuda, dan mahasiswa tidak mewaspadai dan membiarkan PKI kembali
hidup dengan organisasi Komunis Gaya Baru (KGB). “Gerakan mereka adalah melakukan penyusupan ke semua lini profesi bangsa. Bahkan ke tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI),”jelasnya.
Lanjutnya, mereka melakukan gerakangerakan politik adu domba antar dan intra
umat beragama, provokasi, memperbesar masalah, memobilisasi pemuda, mahasiswa,
dan kaum buruh. Diikuti berbagai kegiatan lain supaya rakyat awam dan pemerintah tunduk kepada mereka.
Miswar menjelaskan, tokoh-tokoh komunis Indonesia merupakan pelopor berdirinya Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) pada 1913. Organisasi ini berganti baju menjadi Perserikatan Komunis Hindia dan bergabung dengan Komintern (Komunis Internasional). Menukar kembali namanya pada 1924.
Mereka telah melakukan dua kali pemberontakan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), yakni di Madiun pada 18 September 1948 yang dipimpin oleh Muso-Amir Syarifuddin cs. Serta pemberontakan pada 30 September 1965 yang dipimpin oleh Dipa Nusantara (DP) Aidit-Letkol Untung cs.
Miswar meminta semua anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tetap
mempertahankan dan jangan sekali-kali mencabut TAP MPRS XXV/1966 tentang
larangan kegiatan PKI di seluruh tanah air. “Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) pernah menuntut TAP MPRS itu dicabut pada sidang tahunan MPR 1 sampai
10 Agustus 2003,”jelas Miswar.
“PKI akan tumbuh kembali. Gerakannya sudah ada,”ungkapnya. Ia menjelaskan bahwa ajaran komunis berisi anti tuhan dan agama, anti demokrasi, menganjurkan pertentangan dan perjuangan kelas serta menghilangkan hak perseorangan dalam bidang ekonomi.
Miswar mendesak Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama agar tetap
mencantumkan materi pelajaran tentang sejarah PKI 1948 dan 1965 dalam kurikulum
pendidikan mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Organisa masyarakat dan TNI/ Polri harus menyampaikan bahaya laten komunis kepada segenap lapisan masyarakat.
Sementara itu, Jamaluddin mengatakan bahwa tidak akan ada PKI generasi kedua.
Menurutnya, salah satu upaya pencegahan ideologi komuni yaitu dengan mengurangi
angka pengangguran pemuda. Pengangguran lebih mudah disusupi ideologi sesat. “Selama ideologi Pancasila masih kuat maka PKI tidak akan bangkit,”tegasnya. Zulfurqan