Setelah Penas, Selanjutnya Bagaimana?
GEMA JUMAT, 12 MEI 2017
Pekan Nasional (Penas) XV Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) 2017 telah berakhir. Ribuan peserta pun sudah memamerkan produk pertanian maupun perikanan unggulan daerahnya masing-masing. Penyelenggaraan kegiatan akbar ini diharapkan membantu iklim sektor pertanian dan pertanian semakin baik. Khusus untuk Aceh, apa tindak lanjut yang harus dilakukan?
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiahkuala (Unsyiah) Prof Dr Nasir Aziz SE MBA , mengatakan, Penas KTNA merupakan ajang untuk saling bertukar informasi dan pengalaman. Kedua tersebut sangat berharga bagi para petani. “Pemerintah daerah jangan hanya melihat (Penas), tapi mengimplementasikan program (yang mampu mensejahterakan) dalam waktu singkat,” ujarnya kepada Gema Baiturrahman, Selasa (7/5) di Darussalam, Banda Aceh.
Tanggungjawab menindaklanjuti Penas paling besar akan berada di atas pundak pemimpin baru. Tidak lama lagi priode Gubernur sekarang akan berakhir, dan akan dating Gubernur baru. Hasil penyelenggaraan Penas perlu diperhatikan oleh gubernur baru itu.
Menurut Nasir, banyak sekali keberhasilan-keberhasilan daerah luar yang patut dicontoh. Lebih-lebih di bidang agro industri. Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, pemerintah diharapkan gencar mendukung sarana dan prasarana yang mendukung terciptanya agro industri yang baik.
Selama ini hasil pertanian umumnya dijual mentah. Padahal, bila hasil tersebut diolah, misalnya tomat menjadi saus, nilai jualnya akan bertambah. “Kalau kita menjual barang mentah, nilai jualnya rendah, tidak ada nilai tambah,” pungkasnya.
Ia menambahkan, sejumlah daerah lain di Indonesia sudah berhasil meningkatkan taraf hidup petani menjadi lebih baik. Mereka mengandalkan agro industri. Kesuksesan orang patutnya diimplementasikan bagi kesejahteraan masyarakat Aceh sendiri. Wilayah Aceh memiliki potensi dari berbagai segi, seperti kehutanan, pertanian, serta mampu menjadi lumbung padi nasional. Tapi permasalahan di Aceh kini belum mampu meningkatkan nilai tambah hasil produksi pertanian.
“Tidak ada jalan lain, Penas adalah waktu untuk kita masuk ke agro industri,” tegasnya.
Kehadiran agorindustri mampu memberikan manfaat lainnya. Di sana terdapat proses pengolahan. Artinya, dibutuhkan tenaga kerja supaya terlaksana proses tersebut. Otomatis perekrutan tenaga kerja berdampak pada pengurangan angka pengangguran di Aceh. “Pabrik pengolahan harus ada, tidak ada cara lain,” tambahnya.
Ia menyayangkan di Aceh belum ada pabrik padi yang representatif. Akibatnya padi di Aceh dijual ke Medan. Pengolahan padi di Medan menjadi beras yang bagus, kemudian dijual kembali ke daerah Aceh.
Lanjutnya, agro industri berkaitan erat dengan bisnis. Bisnis tersebut tidak boleh dilakukan oleh pemerintah, melainkan secara profesional. Bila pemerintah berbisnis akan membuyarkan fokus melaksanakan tugasnya sebagai pemerintah. “Dalam ekonomi dikenal dengan ABG, yaitu Akademisi, busineessman, dan government,” pungkasnya.
Ia menjelaskan, keberhasilan pembangunan, programnya mesti fokus, sinergis, dan berkelanjutan. Jika ketiga hal itu terimplementasikan dengan baik, pembangunan akan berhasil.
Promosi wisata
PENAS kali ini diikuti oleh sekitar 38 ribu peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Komposisi peserta ada yang sebagai pendamping, peninjau, organisasi profesi, pelaku agribisnis, dan perwakilan petani ASEAN dan Jepang. Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengharapkan setiap peserta menjadi “duta wisata” Aceh di daerahnya masing-masing.
“Para peserta silahkan menikmati keamanan, kedamaian, kenyamanan, dan keramahan masyarakat Aceh,” ujar Zaini dalam kata sambutannya pada acara pembukaan Pekan Nasional (Penas) Tani Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) XV 2017 di Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh Sabtu (6/5).
Zaini mengatakan, pelaksanaan Penas merupakan salah satu wadah untuk mempromosikan Aceh ke luar daerah. Harapnya, para peserta bisa menjadi “duta wisata” mempromosikan Aceh ketika kembali ke daerah masing-masing. “Masyarakat Aceh sudah lama memimpikan menjadi tuan rumah Penas. Ini adalah sebuah kehormatan,” paparnya. Zulfurqan