Hana Meuadab
GEMA JUMAT, 13 OKTOBER 2017
Oleh Murizal Hamzah
Pemerintahan Irwandi-Nova memiliki 15 program unggulan yang salah satunya Aceh Carong alias Aceh Pintar. Menjadikan Aceh yang cerdas dalam menghadapi berbagai dinamika dan aspek kehidupan. Tidak salah lagi program Aceh Carong perlu diterapkan secara berjamaah dan bertahap. Melalui program ini dapat menyelamatkan generasi muda agar tidak menjadi budak di negerinya karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan aspek pendukung lain.
Ditelisik dari aspek sejarah, program Aceh Carong bukan hal baru yang diutarakan. Adalah Panglima AGAM Teungku Abdullah Syafie tahun 2000 membeberkan bahwa rakyat Aceh perlu cerdas lahir batin. Menurut Teungku Lah –sapaan akrabnya– jika pintar, kita tidak ditipu orang atau bangsa lain.
Teungku Lah menambahkan, andaikata kita cerdas dan kuat, kita tidak dilecehkan atau dihina. Bila rakyat pintar tidak perlu mengemis pada orang lain. Demikian juga, jika kita pandai dan beradab, dimuliakan di mana-mana karena ada ilmu pengetahuan dan etika. Pintar di sini menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta iman dan taqwa (Imtaq). Tidak ada manusia yang sempurna menguasai sepenuhmya iptek dan imtaq.
Bagaimana realiasasi mewujudkan Aceh Carong? Menukik sejarah Aceh pada masa kejayaan Sultan Iskandar Muda abad ke 16, tidak dibantah lagi Sultan sangat peduli pada ilmu pengetahuan. Agar rakyat cerdas, Sultan mengundang intelektual menetap di Aceh untuk menulis buku/kitab serta mengajar kepada masyarakat. Sultan membayar intelektual menulis buku dalam bentuk emas seberat buku. Jika berat buku yang ditulis 2 kg, penulis itu mendapat jasa seberat 2 kg emas.
Salah satu cara meluluskan program Aceh Carong yakni melalui gerakan budaya membaca buku-buku bermutu. Jeli membaca buku-buku yang penulisnya sudah teruji. Menelaah buku yang mengiring pembaca memahami isi buku bahwa yang diketahuinya masih seujung kuku. Tidak gegabah berkesimpulan hanya setelah tamat satu buku.
Pada waktu bersamaan, perlu gerakan wakaf buku ke pustaka-pustaka termasuk pustaka masjid. Menghadirkan pustaka yang nyaman dan diminati warga. Berupaya mengeser warga yang berjam-jam bicara tak jelas di kedai kupi ke pustaka yang sejuk. Generasi Aceh perlu banyak membaca dan mendengar kemudian berbicara dengan isi pembicaraan dari isi buku atau ceramah teungku-teungku.
Akhirukalam, selain program Aceh Carong juga ada program Aceh Meuadab. Aceh Carong menekankan pada perbaikan fasilitas, kualitas, dan peningkatan sistem. Sedangkan Aceh Meuadab mengembalikan khittah Aceh sebagai Serambi Mekkah melalui implementasi nilai-nilai ke Islaman. Aceh butuh muatan pendidikan yang mendongkrak kapasitas otak, mental dan spiritual. Pendidikan yang semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Aceh Carong adalah Aceh yang menempatkan warga lebih mulia serta beradab. Di atas ilmu pengetahuan yang kita pikul dengan segudang gelar akademik dan lain-lain, posisi adab atau etika di atas ilmu pengetahun. Kita butuh Aceh Carong dan Aceh Meuadab. Sangat menyakitkan jika kita disebut hana meuadab.