Kiai Ali Pulang
Gema Jum’at, 29 April 2016
Oleh Murizal Hamzah
“Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam
Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’)
Cara Allah SWT mencabut ilmu yakni melalui Ulama yang berpulang ke Rahmatullah. Manusia dapat hidup bersama ulama adalah sebagian nikmat yang agung selama di dunia. Semasa ulama hidup, kita dapat mencari ilmu, memetik hikmah, mengambil keteladanan dan sebagainya. Sebaliknya, mana kala ulama wafat, hilanglah semua nikmat itu. Hal inilah yang disabdakan oleh Rasulullah,” Pelajarilah ilmu sebelum ilmu pergi! Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi? Rasulullah menjawab: Perginya ilmu adalah dengan perginya (wafatnya) orang-orang yang membawa ilmu (ulama)” (HR al-Thabrani)
Kabar duka itu mendadak meletup pada Kamis (28/4) pagi. Adalah giliran Kiai Ali Mustafa Yaqub atau dikenal Kiai Ali yang telah selesai menempuh hidupnya di dunia yang fana ini di Rumah Sakit Hermina Ciputat sekitar pukul 06.30 WIB. Tidak diragukan lagi, Kiai pakar dalam kajian hadits ini sering tampil dalam berbagai tayanga di televisi atau media lain. semua permasalahan umat dijawab dengan merujuk pada hadits.
Suatu ketika, Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA menulis pesan yakni jangan mati sebelum punya karya buku, selalu shalat berjamaan, bermanfaat untuk umat, bisa bahasa asing serta ikhlas mengabdi dan berbuat. Wal hasil, ulama yang Prof ini menghasilkan berbagai kitab atau buku yang menjadi rujukan bagi umat selanjutnya. Selayaknya, ulama-ulama di Aceh juga menulis buku sehingga ilmu terus diwariskan kepada pengikutnya selanjutnya. Tidak berhenti di mulut ulama.
Pernyataan Kiai Ali kadangkala membuat sebagian umat terkesima bahkan terkejut. Mantan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta menyatakan bahwa berhaji cukup sekali sedangkan bershadaqah itu harus berulang kali. Pasalnya, kecenderungan jamaah haji ingin berhaji atau umrah setiap tahun. Berhaji berkali-kali dianggap sebagai barometer taqwa dan ketebalan kantong. Namun dari sudut agama, hal ini tidak membawa sisi positif. Prof ini rajin menulis buku hingga paling kurang ada sekitar 35 judul buku.
Salah satu yang berkesan bagi Kiai Ali ini yakni menerima tamu Presiden Amarika Barrack Hussein Obama dan istrinya Michelle ke Masjid Istiqlal selama 25 menit pada Rabu (10/11/2010) pukul 08.25 WIB itu.
Sang Imam Besar itu hanya seorang diri menemani Obama dan istrinya dengan setelan jas berdasi dan kopiah. Sang imam diapit Obama dan Michelle di bawah pantauan ketat “Secret Service” yang mengikuti mereka dari belakang.
Kiai mengenalkan Obama tentang setiap sudut kompleks mesjid yang dibangun pada era Soekarno oleh arsitektur non Islam F Silaban yang kemudian masuk Islam. disebutkan, Masjid Istiqlal adalah masjid terbesar kedua setelah Masjidil Haram. Istiqlal yang berarti merdeka itu adalah simbol kemerdekaan Islam yang melarang umat manusia untuk menindas satu sama lainnya. Sebuah pelajaran untuk Obama dan istrinya.
Begitulah, setiap yang bernapas akan merasakan kematian. Dunia berduka dengan berpulang ulama yang produktif menulis. Kita tidak akan menyaksikan lagi siaran langsung yang menampilkan ulama ini. Innalillahi wainna ilaihi raji’un Allahumma firlahu warhamhu wa`afihi wa`fu`anhu. Insya Allah husnul khatimah.