Syuhada
Oleh Murizal Hamzah
Sutomo nama aslinya.Mungkin tidak banyak yang tahu kiprahnya. Namun begitu disebut Bung Tomo, maka ingatan diputar pada peristiwa heroik 10 November
1945 di Surabaya. Sebagaimana diketahui, peristiwa bersejarah 10 November diawali dari peryebuan tentara NICA Inggris yang di dalamnya ada serdadu Belanda yang
hendak menjajah kembali Indonesia. Mereka tiba di Jakarta pada 30 September
1945 dengan tujuan melucuti tentara Jepang.
NICA mengirim pasukan sekutu ada dari Brigade 49/Divisi India ke-23 di bawah komando Brigade Jenderal AWS Mallaby ke Surabaya. Ketika Sekutu mengultimatum kepada pejuang menyerahkan diri dengan mengangkat tangan paling lambat 10 November 1945 pukul 06.00 pagi. Namun ancaman itu tidak dihiraukan. Nah salah satu yang membakar semangat rakyat untuk berjihad adalah Bung Tomo dengan
teriakan Allah Akabar dan zikir. Bung Tomo juga mengumandangkan takbir melalui corong radio.
Keberanian Bung Tomo mengelus-eluskan Allah Akbar dan zikir berangkat dari fatwa Resolusi Jihad NU. Setelah mendengar fatwa yang mengairahkan itu, Bung Tomo bertemu Kyai.
Hasyim meminta izin mengajak arek-arek Suroboyo melawan sekutu NICA. Kiay Hasyim berpesan agar awali dan akhiri kalimat takbir setiap Bung Tomo berpidato. Dampak dari teriakan Allah Akbar yakni pasukan dari Brigade 49 yang beragama Islam tergetar hatinya mendengar Bung Tomo –wartawan Kantor Berita Antara–
menyerukan takbir dan berorasi mengajak pejuang berjihad mempertahankan
kemerdekaan.
Hasilnya, pasukan India yang muslim menolak melepaskan tembakan kepada pejuang Indonesia. Bahkan, ada yang bergabung dengan pejuang. Hingga kini di Jawa Timur atau Jakarta masih ditemukan keluarga keturunan India yang muslim, yang dulu
dikirim dari India.
Tidak diragukan lagi, Indonesia bisa lepas dari kolonial Belanda karena andil besar umat Islam. Mereka yang berperang dengan niat jihad menumpas kaphe-kaphe
Portugis, Belanda dan Jepang kita doakan sebagai syuhada dengan balasan
surga. Jasad mereka sudah menyatu bahkan hilang ditelan tanah. Namun
semangat mereka membela kebenaran, harga diri, menegakkan kalimat tauhid
tidak pernah padam. Roh berjuang untuk diri sendiri harus dinyalakan setiap
saat. Yang namanya pahlawan ada setiap masa dan pahlawan terdekat yakni
setiap orang tua yang telah mendidik putra-putrinya menjadi pembela Islam.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia syahid. Terbunuh karana membela agamanya, maka ia syahid. Terbunuh karana membela dirinya, ia syahid. Dan terbunuh karana membela
keluarganya, ia syahid.” (HR. Ahmad, Tirmidzi)
Jika ditarik lebih panjang, siapakah pahlawan masa kini? Ya setiap umat Islam yang bekerja secara halal, tidak korupsi, tidak pungli, tidak iri dengki, ringan tangan membantu kaum dhuafa dan sebagainya adalah pejuang kemashalatan umat. Untuk itu, semangat Bung Tomo yang rela mundur dari wartawan demi mengusir kaphe-kaphe Inggris dan Belanda layak menjadi i’tibar bahwa pahlawan muncul setelah melewati proses panjang yang melelahkan dan sabar.
Dalam hal ini, umat Islam harus terus mengali pahlawan-pahlawan yang menjadikan napas jihad dalam mengelorakan semangat berperang. Demikian juga teungku-teungku dayah dan santri mengangkat senjata mengusir penjajah agar syiar Islam dan tanah Aceh menjadi inti sejarah dan inspirasi bagi generasi selanjutnya. Mari berbuat layaknya pahlawan yang ikhlas untuk diri sendiri, keluarga dan keluarga sehingga kita
semua meraih ridha Allah SWT.