Mengikuti Allah dan Siksa Mengabaikannya
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA, Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman
Gema JUMAT, 18 NOVEMBER 2016
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain- Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka
datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk) nya di waktu mereka berada di
malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari.”( QS. al-A’raf 3-4)
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita untuk mengikuti jejak-jejak Nabi, dengan apa yang diturunkan kepada mereka, berupa syariat yang berisi kewajiban, kebaikan, kebenaran dan segala yang berkaitan dengan petunjuk hidup di dunia dan di akhirat.
Dengan demikian yang dimaksud dalam ayat inikan-Nya dan menyembah-Nya.
Pengakuan dan kesadaran yang terlambat itu tidak dapat merubah takdir Allah karena Allah telah memberikan waktu kepada mereka untuk bertaubat dan menyadari kelalaian dan kesalahan mereka. Dengan keluhan tersebut tidak menyebabkan azab dan siksa Allah terhenti, sehingga penyesalan hanyalah sia-sia.
Allah telah memberikan kepada kita petunjuk kehidupan dengan panduan al-Qur’an dan Rasul yang diutus. Kewahyuan al-Qur’an dan sunnah Rasulullah tidak terputus dan terus-menerus dilestarikan, dikembangkan oleh para ulama sehingga berbentuk keilmuan Islam dan tidak bersusah payah untuk menemukan kembali hal-hal yang memang sudah disepakati secara qath’iyy, baik dalam bidang akidah, muamalah dan sebagainya. Tetapi mengapa kita masih mempertanyakan hal-hal tersebut?. Mungkin pengaruh kehidupan dunia yang mempesona telah membuat kita jauh dari pikiran yang benar dalam beragama.
Ayat selanjutnya menyebutkan bahwa Allah akan menanyakan kepada kita tentang penentangan tersebut, bahkan para rasul akan bersaksi terhadap keingkaran kita terhadap seruan mereka. Alangkah malangnya kita, bila rasul bersaksi bahwa kita membantah dan mengingkari risalah yang diturunkannya di hadapan Allah! Betapa malunya kita dalam pengadilan Allah kita di’vonis’ bersalah lengkap dengan bukti dan saksi. Kemanakah kita akan meminta pembelaan?
Para rasul pun akan menjawab seadanya dan selebihnya mereka akan mengembalikan kepada Allah tentang ‘kasus penentangan’ kita, dengan mengatakan: “Kami tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu, sesungguhnya Allah maha mengetahui semua yang ghaib”. Lalu kemanakah kita mengadu ketika semua urusan diambil alih oleh Yang Maha Tahu?? Allahummaghfirlanaa….