Saling Menghormati Perbedaan
Tgk H Fakhruddin Lahmuddin SAg MPd
Gema JUMAT, 27 Mei 2016
Tgk H Fakhruddin Lahmuddin SAg MPd (Ketua Umum Pengurus Wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW DMI) Provinsi Aceh
Bulan yang penuh berkah, bulan yang menawarkan berbagai kebaikan dan keutamaan yang tidak dapat diukur dengan apapun. Kedatangan bulan Ramadhan selalu ditunggu dan dirindukan oleh setiap umat muslim di seluruh dunia karena tidak ingin melewatkan kesempatan yang sangat berharga tersebut berlalu begitu saja. Bagaimana seharusnya masjid di Aceh mempersiapkan bulan suci Ramadhan dan apa yang harus dibenahi.? Simak wawancara singkat wartawan Gema Baiturrahman Indra Kariadi dengan Ketua Umum Pengurus Wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW DMI) Provinsi Aceh Aceh, Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin, S.Ag, M.Pd.
Bagaimana persiapan Masjid menyambut bulan suci Ramadhan?
Bulan ramadhan sebagaimana yang dikatakan oleh nabi kita Muhammad SAW adalah bulan yang agung, penuh keberkahan, keistimewaan, dan amal ibadah dalam bulan ramadhan bentuk apapun yang dilakukan, maka pahalanya akan mendapatkan luar biasa. Bulan ramadhan itu memiliki banyak nama diantara nama bulan ibadah. Oleh karena itu, untuk mengungah dan menyemangati masyarakat dalam mengisi ibadah pada bulan ramadhan, tentu masjid harus berbenah diri dan bersiap-siap, seperti dibersihkan perkarangan masjid dan dalam masjid.
Apa yang harus dibenahi di Masjid?
Pertama membenahi lingkungan Masjid, misalnya kebersihan kamar mandi yang kurang bagus diperbaiki, kamar mandinya kotor, harus dibersihkan, karena jamaah banyak memerlukan kamar mandi dengan waktu tarawih yang panjang. Memberi kenyamanan bagi jamaah, mungkin kalau karpetnya yang belum di cuci, maka selama menyambut ramadhan ini harus segera di cuci.
Ada kaitannya juga dengan imam-imam yang mengimami shalat tarawih, oleh masjid supaya berbenah diri dengan mengajak orang-orang yang punya suara bagus, bacaan yang bagus dan fasih. Sehingga memmberi kenyamanan kepada para jamaah. Masjid yang rame jamaah, masjid yang manajemennya sudah melakukan perbaikan terutama menghadirkan imam yang bagus dan perlu juga memcari pemberi tausiyah yang bagus, sehingga para jamaah akan berkenan dan terus bersemangat untuk ibadah.
Untuk kita sebagai jamaah, Apa saja yang perlu dipersiapkan?
Setiap kita harus mengisi keistimewaan kelebihan ramadhan, maka kita perlu juga buat program supaya selama ramadhan nanti kita sudah ada semacam apa yang kita rencanakan dan mempunyai komitmen. Misalnya, bagaimana orang memprogramkan bulan ramadhan ini dia bisa tiap malam tarweh, karena kalau kita cari diluar ramadhan tidak ada lagi nanti, walaupun itu ada tahajud, itu tidak akan sama.
Ini artinya, shalat sunat taraweh itu hanya ada di bulan ramadhan, maka dengan kita buat komitmen dan diprogramkan, insyaallah akan setiap malam kita laksanakan shalat taraweh. Kalau kita tidak sempat jamaah, misalnya ada orang sakit atau ada dinas luar, maka kita akan tetap shalat sendiri, karena taraweh ini memang sunatnya berjamah, tetapi tidak harus berjamaah, bisa sendiri-sendiri, asalkan ada niat dan kemauan. Program selanjutnya dalam mengisi bulan suci ramadhan adalah menqatamkan al-quran. Kita usahakan tiap malam selama bulan ramadhan, tiap hari kita usaha baca al-quran, sehingga habis ramadhan sudah sekali qatam. Sungguh sedih seorang muslim selama hidupnya setahun tidak ada qatam al-quran, saya melihat banyak diantara kita, tidak banyak baca al-quran diluar ramadhan, ini mumpung bulan ramadhan bulan quran, jadi kita mamfaatkan dengan membaca serta menqatam al-quran.Seterusnya, kita perbanyak iktiqaf dimesjid, kalau tidak banyak kengiatan diluar banyakkan diri didalam masjid. Dimana dimensjid akan terjaga pembicaraan kita tidak dengan hanya dunia semata, serta terjaga pandangan mata dari melihat maksiat dan perbanyak zikir pada bulan ramadhan.
Bagaiman menghindari terjadinya apabila ada perbedaan?
Sebetulnya perbedaan ini sudah ada dizaman Rasulullah, sahabat, permasalahan shalat delapan dan dua puluh rakaat. Jadi menurut saya, masjid-masjid yang ada jamaahnya delapan dengan dua puluh, kita buat dua bentuk, ada delapan dan ada yang dua puluh. Shalat delapan selesai kemudian dilanjutkan dengan dua puluh, jadi tidak masalah, semua juga punya landasan yang betul, siapa yang sanggup dua puluh, dia akan mengerjakan dua puluh dan siapa yang sanggup delapan maka dia melaksanakan shalat delapan rakaat, untuk apa ini jadi dipersoalkan, tidak ada jadi masalah.
Kita menghimbau kepada masyarakat berusaha untuk saling menghormati dan mengharagai, dizaman sekarang sudah cukup parah umat islam bukan dikita tapi yang terjadi di timur tengah, bagaimana rusaknya sudah Suriah, bagaimana hancurnya Irak, serta negara Yaman yang sudah porak poranda. Hilangnya ribuan dan rusaknya bangunan serta tidak ternilai lagi hargainya. Maka orang nonmuslim itu akan tepuk tangan, karena memang ini setting daripada mereka dan juga akan di arahkan ke negera kita, kalau Indonesia ini, khususnya Aceh kurang cakap dalam menghargai perbedaan dan mau diadukan dombakan oleh orang lain. maka sebetulnya kalau kita bicara tentang perbedaan, sudah dari zaman para imam mazhab dulu, sudah ada perbedaan, tetapi kita harus saling menghargai dan menghormati, demi terciptanya saudara sesama muslim.